Bagi masyarakat Indonesia keberadaan sepak bola bukan sekadar tontonan semata. Melalui sepak bola banyak masyarakat menaruh harapan agar klub/tim kesayangannya mampu meraih kemenangan dan berhasil meraih juara. Tentu hal tersebut berlaku pula pada fans dari klub Persebaya Surabaya. Mendengar klub satu ini tentu kita mendengarkan berbagai masalah, baik internal maupun eksternal.
Akar Masalah Dualisme Persebaya
Permasalahan yang dialami Persebaya yang paling diingat adalah non teknis. Masalah ini dimulai dari demo besar-besaran oleh supporter Persebaya 1927 yang meminta Walikota Surabaya, yaitu Tri Rismaharini mengembalikan Persebaya 127 sebagai klub yang diakui oleh PSSI.
Tentu masalah ini berdampak serius, yaitu bonek (sebutan fans Persebaya) terpercah. Sudah tentu beberapa fans bertahan untuk memberikan dukungan terhadap Persebaya 1927, tetapi pemainnya sudah tidak ada dan klubnya meninggalkan banyak hutang. Tentu para loyalis klub ini percaya, kalau Persebaya (tandingan Persebaya 1927) bukanlah yang asli karena dibentuk dengan memboyong pemain Pesikubar. Menjadi masalah besar ketika Persebaya dibentuk dengan unsur memaksakan kehendak.

Ada banyak dalih yang menyatakan jika keterbatasan waktu memungkinkan Persebaya versi baru lahir. Hal itu bermula dari Pesikubar dianggap sudah tidak ada sejak tahun 2011. Sehingga sederet pemain bintang pun ditutupi dengan isu Pesikubar tersebut.
Tentu ingatan kita masih kuat jika membicarakan perkara tadi. Dualisme Persebaya dimulai pada tahun 2010-an, ketika Persebaya (yang menjadi Persebaya 1927) memutuskan keluar dari PSSI karena diperlakukan semena-mena. Selanjutnya Persebaya memilih bergabung ke kompetisi Liga Primer Indonesia (IPL) di luar tanggung jawab PSSI. Meski sempat carut-marut karena dualisme Persebaya, kini para Bonek bisa bernapas lega karena unsur dualisme telah dibuang jauh-jauh. Persebaya 1927 dihapus dan menjadi Persebaya, sedangkan status Persebaya versi baru pun diganti menjadi klub Bhayangkara FC.

Sejarah Perjalanan Persebaya
Seperti yang kita ketahui jika Persebaya didirikan oleh M. Pamoedji dan Paijo pada tahun 18 Juni 1927 dengan nama awal Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Persebaya menjadi salah satu klub tertua di Indonesia bersama Persib, Persija, dan PSM. Pada tahun 1943 SIVB mengalami perubahan nama menjadi Persibaja atau Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja. Selanjutnya pada tahun 1960, ketika momen Perserikatan hadir, akhirnya Persibaja berganti nama menjadi Persebaya atau Persatuan Sepak Bola Indonesia.
Tahun 2004,Bajul Ijo (julukan Persebaya) mampu mendapatkan trofi. Gejolak Persebaya mulai muncul ketika dipimpin oleh Bambang Dwi Hartono, dimanajeri Saleh Ismail Mukandar. Tahun 2005 Persebaya menyatakan mundur dari babak perdelapan final Divisi Utama. Dengan pernyataan sikap seperti itu jelas saja Persebaya otomatis terlepar dari Divisi Utama ke Divisi Satu. Tidak hanya Persebaya saja yang mendapat ganjaran, ketua umum mendapat skorsing selama 10 tahun, sedangkan manajer mendapat skorsing 2 tahun.
Kondisi tersebut tentu membuat Persebaya makin terpuruk berada di papan bawah kompetisi, yaitu Divisi Satu. Beruntunglah seorang Arif Afandi bersedia menjadi Ketua Umum untuk meneruskan sisa kompetisi Divisi Satu. Hasil dicapai, selang setahun tepatnya 2006 Persebaya menjuarai Divisi Satu dan mendapatkan jatah bermain di Divisi Utama.
Saying, pada tahun 2007 Persebaya tidak bisa berbuat banyak di kompetisi Divisi Utama karena posisinya ada di urutan ke-14 Wilayah Timur. Jelas saja kondisi tersebut membuat Persebaya tika bisa berharap mampu lolos ke Liga Super dan tetap mengarungi kompetisi Divisi Utama di musim berikutnya. Mengalami nasip yang kurang beruntung, baik hasil hasil pertandingan liga Indonesia dan mundurnya Arif Afandi, digantikanlah posisi Ketum Saleh Ismail Mukandar.

Prestasi Persebaya
Sesudah menjalani hukuman skorsing, Saleh Ismail Mukandar mampu membawa Persebaya di kompetisi Divisi Utama tahun 200 ke posisi keempat. Mengalahkan PSMS Medan di babak Playoff melalui penentuan hasil adu pinati, membuat Persebaya lolos otomatis ke Indonesia Super League (ISL). Lolosnya Persebaya ke kompetisi tertingggi di Indonesia tentu menjadi kabar bahagia bagi para loyalisnya karena sudah menunggu sejak lama.
Sebagai usaha profesionalitas, PSSI mensyaratkan agar para klub berbadan hukum dan tidak menerima APBD. Kondisi tersebut menuntut Persebaya mendirikan badan hukum sendiri, dan lahirlah PT Persebaya Indonesia. Melalui komposisi saham, 80% perorangan, sisanya 20% didapat dari koperasi membuat Persebaya perlahan-lahan menjelma menjadi klub profesional. Meski sudah diupayakan agar mendapat anggaran dana dari APBD belasan miliar rupiah, pada tahun 2009 Persebaya harus merelakan diri kembali ke Divisi Utama.
Nasip naas mungkin belum bisa lepas dari Persebaya. Terbukti pada tahun 2010, setahun sesudah terdegradasi dari ISL, Persebaya dinyatakan melanggar Statuta PSSI. Persebaya dianggap melanggar karena menolak untuk melanjutkan kompetisi PSSI. Tentu hal tersebut berdampak pada PT. Persebaya Indonesia terancam dikeluarkan dari keanggotaan PSSI. Begitupun Persikabo dan Persema yang memilih tidak ikut kompetisi PSSI dan memilih breakaway league, atau dikenal sebagaiu Liga Primer Indonesia (LPI).
Melihat uraian di atas kami rasa Anda menganggap jika Persebaya dinaungi masalah betubi-tubi. Beruntunglah loyalis Persebaya tidak pernah meninggalkan klub kebanggaan mereka dan tetap mendampingi apapun yang terjadi. Itulah kualitas seorang fans: menang bangga, kalah tetap setia.
Semoga dengan informasi ini Anda makin tahu bahwa perjalanan klub Persebaya Surabaya dilalui dengan tidak mudah. Dimulai dari hasil pertandingan liga Indonesia yang kurang memuaskan, terdegradasi ke liga amatir hingga tidak diakui oleh PSSI. Masalah-masalah yang mendera membuat Persebaya makin kuat!