Sejak maraknya kedai kopi lokal di ibu kota, minum kopi di Indinesia kini menjadi tren gaya hidup. Kopi sudah tidak lagi diidentikkan dengan minuman bapak-bapak atau kakek-kakek, bukan pula dianggap sebagai minuman penghilang rasa kantuk, melainkan menjadi tren yang begitu hits, utamanya di kalangan anak-anak muda. Fenomena ini membuat beberapa daerah di luar kota juga mulai mengembangkan bisnis kopi khasnya masing-masing.
Tak hanya semata bergantung pada supplier, banyak pemilih kedai kopi yang mulai berburu langsung pada para petani lokal di daerah-daerah yang ramai kebun kopi. Alhasil, kian kesini petani kopi lokal semakin untung dan hal tentu baik bagi Indonesia. Lantas, berapa harga kopi mentah yang diraih langsung dari petani di daerah?
Sebelum kesana, terlebih dahulu kita harus mengetahui proses terbentuknya biji kopi hingga menjadi kopi-kopi bubuk yang siap seduh untuk dinikmati para pelanggan di kafe ataupun di rumah-rumah. Kopi berawal dari sebuah biji mentah yang biasa dikenal juga dengan sebutan green beans. Untuk menanamnya benih menjadi kecambah sebagai kader tanaman kopi, para petani harus merawatnya sekitar 2,5 bulan. Proses menunggu yang cukup lama, bukan? Nah, bakal tanaman kopi yang masih sangat mudah dan rapuh ini biasanya dijaga dengan menggunakan kain pebungkus untuk melindunginya agar unsur positif tumbuh dengan baik.
Setelah berkecambah, kopi ditanam dalam media. Di sini kesabaran seorang petani kopi harus diuji kembali, karena dibutuhkan waktu sekitar 3 – 4 tahun bagi tanaman kopi agar menghasilkan buah kopi yang siap panen dengan mutu dan kualitas yang sangat baik. Sebab, jika kualitasnya baik, harga jualnya juga semakin tinggi.
Buah dari menunggu dengan penuh kesabaran adalah bunga-bunga yang berkembang di sekitar tanaman kopi. Bunga inilah yang akan menjadi buah kopi. Dalam satu buah pada tanaman kopi, biasanya ada dua biji kopi. Namun, ada juga yang hanya memiliki satu biji saja yang disebut pea berry dan dipercaya rasanya lebih enak.
Jika melihat dari lama waktu panennya, wajar rasanya jika kopi dipatok harga cukup tinggi. Kopi Gayo di Kabupaten Aceh Tengah saja misalnya, mengatakan hampir rata-rata harga kopi jenis Arabika yang dijual sekitar Rp. 65 ribu untuk kualitas standar hingga Rp 100 ribuan per kilogram untuk kualitas terbaik. Mengapa lebih mahal? Sebab, biji kopi yang dipilih dengan kualitas terbaik adalah biji khusus yang lebih tua dan merah. Selain itu, masa panen dan pengeringannya pun lebih lama.
Harga yang dipatok tersebut merupakan harga biji kopi yang masih dalam bentuk green bean atau belum mengalami proses roasting. Hanya saja biji kopi ini sudah dikeringkan dengan cara dijemur di bawah terik matahari. Tentu saja, setelah mengalami proses roasting, harganya bisa lebih tinggi lagi. Namun, itu adalah harga untuk Arabika. Sementara, untuk Robusta, harganya bisa relatif lebih murah.
Setelah biji-biji kopi sudah melalui tahap pengolahan hingga tersedia dalam secangkir kopi, harganya bisa menjadi lebih tinggi lagi. Apalagi, kini variasi kopi semakin banyak. Selain kopi-kopi yang biasa bertengger di menu coffee shop, baru-baru ini sempat eksis juga kopi durian yang kabarnya memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Sebagian memang ada yang beranggapan, bahwa kopi durian bisa memberikan efek berbahaya bagi tubuh, namun anggapan ini disangkal oleh beberapa ahli gizi dan dokter. Para penggemar durian dan kopi ada juga yang memesan menu ini.

Mengapa Kopi Dihargai Mahal?
Herannya, meski sudah dipatok harga tinggi, kedai kopi atau bahasa kerennya coffee shop selalu saja ramai didatangi pengunjung dari berbagai kalangan. Lantas, mengapa banyak orang rela membayar seharga ratusan ribu hanya untuk secangkir kopi?
- Ikut tren
Meski tidak semua, tapi semakin kopi menjadi tren, semakin banyak pula yang merasa nongkrong di coffee shop adalah sebuah prestige tersendiri dan sudah menjadi sebuah keharusan. Mereka yang belum pernah mampir ke kedai kopi ini dan itu yang sedang tren tentu akan merasa ketinggalan zaman. Alhasil, mereka yang tidak mengerti soal kopi, bahkan yang tidak suka kopi pun rela menghabiskan puluhan hingga ratusan ribu. Terus mengapa rela menghabiskan uang dan waktu di kafe kopi? Ya, kembali lagi ini semua masalah gengsi.
- Ambience kedai kopi nyaman
Belakangan para pemilik kedai kopi berusaha memaksimalkan kedainya dengan membangun suasana nyaman dan tenang. Hal ini karena kedai kopi biasa dijadikan tempat singgah para freelancer, mahasiswa yang mengerjakan tugas, atau mereka yang bekerja remote. Tak hanya itu, kedai kopi juga tak jarang dijadikan sebagai tempat meeting penting. Karena itulah, tak heran jika kedai kopi dibuat dengan ambience senyaman mungkin agar pengunjungnya betah datang.
Namun, belakangan ambience kedai kopi yang nyaman dan estetik kerap dijadikan latar berfoto untuk dipajang di media sosial. Sehingga, jika Anda datang ke kedai kopi untuk bekerja atau mengerjakan tugas, sebaiknya cari kedai kopi yang nyaman dan tidak terlalu ramai. Paling tidak, meskipun ramai tapi tidak menimbulkan kebisingkan.
- Ruangan didesain open space
Ada banyak kedai kopi yang biasanya dibarengi dengan co-working space, sehingga ruangannya didesain khas ruang kerja di kantor-kantor start-up masa kini, yaitu bertema open space. Penataan meja dan kursi di kedai kopu biasanya dibuat berbeda-beda. Misalnya ada yang hanya dengan dua kursi satu meja, ada yang menggunakan sofa sebagai tempat duduk dan meja panjang layaknya di ruang tamu, ada yang empat kursi, dan semacamnya. Semua konsepnya terbuka, tidak ada sekat atau lebih eksklusif seperti di restoran. Bahkan, Anda sebagai pengunjung saja bisa melihat para barista yang sedang bekerja membuat kopi. Jadi, memang kedai kopi umumnya dibuat untuk bercengkrama atau bertukar ide.

- Internet maksimal
Internet agaknya sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat masa kini. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu daya tarik kedai kopi. Seakan paham betul kebutuhan masyarakat masa kini, hampir semua kedai kopi dilengkapi dengan wifi dengan kapasitas maksimal. Internet dan kopi memang sudah seperti hubungan yang saling melengkapi. Internet tanpa kopi, tentu akan terasa ada yang kurang bagai sayur tanpa garam. Sebaliknya, kopi tanpa internet, kegiatan Anda pasti akan terasa hampa. Nah, begitu keduanya bertemu, dijamin Anda bisa mengahsilkan ide-ide kreatif nan brilian. Seharian di kedai kopi dengan membayar puluhan hingga ratusan ribu tentu tidak akan terasa apa-apa jika sudah terbuai oleh kapasitas internet yang kencang.
- Rasa dan kualitas nomor wahid
Kadang ada yang berpendapat, ‘halah buat apa menghabiskan puluhan hingga ratusan ribu hanya untuk beli kopi di kafe, kopi sahchet lebih murah’. Bagi para penggemar kopi asli, rasa dan kualitas dari kopi yang dijual di kafe dengan biji kopi yang diolah jauh berbeda dengan kopi yang diracik dari pabrikan dan dikemas dalam bentuk sachet. Banyak yang mengatakan, kopi adalah tanaman kasih yang unik. Di mana, rasa dan kualitas sangat bergantung pada iklim, suhu, jenis tanah pohon kopi di tanam, usia pohon, hingga campur tangan para petani yang memanen dengan sepenuh hati. Itulah mengapa ada banyak varian rasa kopi, meski di tanam di pulau yang sama.
Nah, masalah kualitas dan harga, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Harga bijinya saja per kilogram-nya bisa setinggi itu karena membutuhkan kesabaran yang panjang untuk bisa memanen biji kopi terbaik yang siap diolah.
- Menikmati proses meracik kopi
Sudah proses memanen dan meramunya panjang, panjang pula proses meraciknya. Untuk menghasilkan rasa kopi terbaik dan menjaga aroma aslinya, kopi hitam harus diberi perlakuan khusus. Misalnya, sesimple air panas saja ada aturannya, tidak bisa sembarang air panas tinggal guyur. Air panas yang digunakan untuk membuat racikan kopi yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Soal meraciknya yang berbeda-beda pula. Ada teknik tubruk asli Indonesia, ada teknik French Press, Vietnam Drip, Aeropress, Syphon, Pour Over, dan lain sebagainya. Itu hanya untuk espresso murni. Belum lagi racikan kopi premium lainnya, seprti Macchiato, Frappucino, Affogato, Caffe Latte, Capucino, dan sebagainya yang tentunya akan lebih rumit lagi karena suhu dan pengaplikasian bahan campuranya harus melalui proses yang berbeda lagi. Cara racik yang unik ini tentu saja menghasilkan cita rasa kaya yang tentu saja rela dibayar mahal oleh para penggemar kopi. Apalagi, dengan konsep kedai yang open space, pengunjung biasanya diperbolehkan untuk melihat proses pembuatannya.

- Barista bukan hanya sekedar meracik kopi
Seringkali para penggemar dan pengunjung rutin sebuah kedai kopi rela membayar mahal bukan hanya karena cita rasa kopinya yang luar biasa, melainkan juga ingin bercengkrama dengan baristanya. Barista bukan merupakan seorang pelayan atau sekedar peracik kopi, tapi juga wajib hukumnya untuk memiliki wawasan yang sangat luas perihal kopi. Hal ini tentu berguna bagi pelanggan yang ingin memesan kopi, namun tidak paham racikannya. Maklum, memang tidak semua yang datang ke kedai kopi paham soal kopi, maka barista harus mampu menjelaskan. Jika tidak memiliki wawasan luas, bisa-bisa kedai kopi ditinggal pelanggannya.
Masalah kemampuan jangan diragukan lagi, barista bahkan harus memiliki daya ingat kuat. Sebab, biasanya ada-ada saja permintaan pelanggan, sehingga barista harus mampu mengingatnya. Misalnya, minta less-sugar, double shot, ditambahkan whip cream, pakai susu yang lowfat, dan lainnya. Jika pesan kopi di warung pinggir jalan atau membeli kopi sachet, sudah barang tentu hal semacam ini tidak akan didapatkan.
Jadi, tidak ada salahnya sebetulnya menghabiskan waktu di kedai kopi asal sesuai dengan kebutuhan dan pemasukkan yang Anda dapatkan. Sebab, bagi para penggemarnya, kopi adalah cinta yang setiap kecapannya itu memiliki karakter unik yang bisa dijadikan petualangan. Perjalanan kopi yang panjang, mulai dari ditanam dengan hati-hati, dibesarkan dengan kasih, dipilihkan kualitas utama, hingga secangkir kopi berada di depan Anda tentu bisa dijadikan sebagai rangkaian syukur yang tiada terkira. Semua itu seperti alam bekerja sama untuk memberikan kebaikan dan kepuasan pada Anda. Karenanya, setelah mengetahui perjalanna panjang secangkir kopi, hargai sesuai.