Dua Versi Kemunculan Burung Cendrawasih di Dunia

 

Hampir semua burung yang tampak indah dan menarik memiliki legenda tersendiri. Kebanyakan burung ini dianggap sebagai titisan dewa, kendaraan dewa atau binatang endemik surga yang datang bermain ke dunia. Hal yang sama juga berlaku untuk burung cendrawasih. Legenda mengenai burung cendrawasih telah diceritakan secara berulang dan ditanamkan pada diri banyak orang sejak masa penemuannya. Burung yang sangat indah ini memiliki nama latin Paradisaeidae sebagai nama family untuk burung yang diambil dari kata paradise karena orang-orang yang mendengar cerita mengenai burung ini pertama kali yakin bahwa burung ini berasal dari surga.

 

Kemunculan Burung Cendrawasih di Dunia

Versi pertama adalah versi langsung dari penemu burung cendrawasih. Burung ini telah dicari dalam waktu yang sangat lama sejak penjelajah bernama Antonio Pigafetta dan Magelhan kembali ke Sevilla. Mereka membawa kulit burung surga sebagai hadiah dari raja dari Maluku Utara bernama Bacan lengkap dengan bulunya untuk diteliti secara ilmiah oleh Uskup Villadolid. Tentu saja cerita bahwa burung ini berasal dari surga dikirimkan dengan hadiah tersebut. Diceritakan bahwa burung ini tidak pernah hinggap di bumi. Burung ini selalu terbang diangkasa dan memakan embun. Burung ini bertelur dan dierami oleh induknya diatas punggung burung jantan. Sewaktu-waktu burung ini akan hinggap di pohon dengan mengaitkan bulu ekornya yang panjang pada dahan. Banyak orang yang yakin dengan cerita ini walupun kemudian diketahui bahwa cerita ini adalah taktik dagang untuk menjual bulu burung dengan harga mahal.

 

Versi kedua adalah penjelasan versi nusantara. Makna nama burung ini dapat dijadikan fondasi kokoh mengenai asalnya. Burung ini memiliki nama “cendra” yang berarti dewa dewi dan “wasi” yang berarti utusan. Dengan nama ini dimaknai bahwa cendrawasih merupakan utusan dewa dan dewi dari bulan. Dalam budaya lain burung ini dianggap sebagai burung surga yang mendampingi para wali. Dalam cerita ini burung cendrawasih juga tidak pernah hinggap di bumi karena jika dilakukannya ia akan mati. Ide versi ini dinilai oleh para ilmuwan menyerupai burung surga di daerah Asia Timur bernama fenghuang.